Efek Minuman Bersoda
Soda pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Joseph Priestley pada tahun 1770-an, yaitu ketika ia berusaha mencampurkan air destilasi dengan gas karbondioksida (CO2). Soda mulai dikenal luas ketika ilmuwan Inggris lainnya, yaitu John Mervin Nooth menyempurnakan penemuan Joseph Priestley dan menjualnya sebagai obat. Pada tahun 1830, sebuah pabrik minuman berkarbonasi pertama kali berdiri di Amerika Serikat.
Air soda memiliki rumus kimia H2CO3. Untuk membuat air soda, komponen yang paling penting adalah air dan gas karbondioksida. Air soda memang dibuat dengan melarutkan gas karbondioksida (CO2) ke dalam air.
Sama seperti oksigen, karbondioksida merupakan gas yang banyak terdapat di alam.
Karbondioksida merupakan gas yang kita keluarkan saat bernapas dan diambil oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Bila diinjeksi ke dalam air dengan tekanan tinggi, karbondioksida akan membentuk asam karbonat. Itulah sebabnya minuman berkarbonasi disebut juga minuman berkarbonasi (carbonated beverages). Asam karbonat tersebutlah yang bertanggung jawab terhadap timbulnya sentuhan khas soda di mulut (mouthfeel) dan perasaan yang mengigit (bite) pada saat minuman berkarbonasi.diminum.
Selain itu, gas karbondioksida juga berpengaruh terhadap timbulnya efek extra sparkle, yang membedakan minuman ringan berkarbonasi dengan non-karbonasi. Extra sparkle adalah efek penampakan berkelap-kelip pada minuman. Secara praktis CO2 adalah satu-satunya gas yang paling cocok untuk memproduksi penampakan sparkle dalam minuman ringan berkarbonasi.
Kelarutan gas karbondioksida sedemikan rupa, sehingga dapat bertahan dalam cairan pada suhu ruang. Jika dikocok secara perlahan, gas tersebut akan melepaskan gelembung dalam minuman.Keberadaan karbondioksida pada minuman dapat diibaratkan seperti rempah-rempah pada makanan. Karbondioksida dapat meningkatkan citarasa pada minuman sehingga orang menikmati saat mengonsumsinya. Pada saat larut dalam air, CO2 memberikan rasa asam sehingga dapat menurunkan pH menjadi sekitar 3,2 – 3,7. Rasa asam tersebut merupakan rasa khas soda yang membuat orang teringat terus akan rasanya. Salah satu keunggulan minuman berkarbonasi adalah aman dari kontaminasi bakteri, terutama bakteri yang bersifat patogen (penyebab penyakit). Gas karbondioksida yang larut dalam air, bukan hanya menghasilkan rasa yang spesifik, tetapi juga dapat berfungsi sebagai antibakteri untuk mengawetkan minuman secara alami.
Kandungan karbondioksida di dalam minuman ringan tergantung dari jenis minumannya. Untuk minuman yang mengandung flavor imitasi, biasanya digunakan kadar karbonasi yang tinggi. Pada minuman dengan flavor buah yang mengandung gula tinggi lebih disukai kadar karbondioksida yang rendah.
Energi dari Minuman Berkarbonasi
Dilihat dari nilai gizinya, minuman berkarbonasi tidaklah termasuk minuman padat gizi.
Namun, meturut catatan Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS, Dosen di Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan - IPB, penggunaan gula, menjadikan minuman ini sebagai penyumbang energi yang dibutuhkan tubuh.
Selain itu penambahan bahan tertentu juga memberikan sumbangan mineral yang berarti bagi tubuh. Yang menarik, mereka yang sedang berdiet rendah kalori dapat memilih minuman karbonasi rendah energi. Minuman ini menggunakan bahan pemanis sintetik sebagai pengganti gula. Sementara, konsumsi energi dalam satu hari rata-rata mencapai 2.300 – 3.800 kkal, tergantung dari umur dan banyaknya aktivitas. Sekaleng minuman ringan ukuran 240 ml mengandung sekitar 100 kkal energi. Kandungan energi inilah yang menyebabkan minuman ringan memberikan efek menyegarkan setelah melakukan pekerjaan fisik atau setelah berolah raga.
Selain itu, kandungan air pada minuman berkarbonasi juga sangat penting untuk menyuplai cairan ke dalam tubuh (hidrasi). Di dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk mencerna makanan, melangsungkan reaksi-reaksi kimia untuk menghasilkan energi, mengatur suhu tubuh, media untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan racun, menyerap oksigen, dan berbagai fungsi lainnya. Kandungan air yang tinggi pada minuman ringan (soft drinks) dapat berfungsi untuk mengatasi dehidrasi di dalam tubuh.
Minuman Berkarbonasi Bisa Tingkatkan Asupan Cairan Kedalam Tubuh
Variasi dalam konsumsi minuman sehari-hari termasuk konsumsi minuman berkarbonasi mampu meningkatkan jumlah asupan cairan kedalam tubuh.
Prof. DR Made Astawan, MS, menyatakan bahwa selain fungsi fisiologis, minuman dapat memberi efek sensoris melalui penambahan rasa, warna serta manfaat tambahan selain fungsi hidrasi. Proses pemberian nilai tambah dalam beragam produk minuman modern sekarang ini mampu merangsang peningkatan konsumsi cairan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia sehari-hari.”Tubuh manusia perlu cairan. Kebutuhan cairan bagi orang dewasa normal adalah 1 ml per kilokalori energi, yaitu sekitar 2.000 – 2.500 ml/hari. Kebutuhan tersebut akan meningkat pada kondisi tertentu, seperti pada cuaca yang panas, sedang beraktivitas berat, kondisi demam atau stress. Dari total kebutuhan tubuh akan cairan, 80 persennya dipenuhi dari minuman (beverages), sedangkan 20 persen sisanya dari makanan (sayur, buah, dan lainnya),” jelas Prof. Made Astawan.
Dalam perkembangan peradaban manusia, selain ’air putih’, berbagai cara dilakukan untuk menambah kenikmatan dalam mengkonsumsi minuman termasuk melalui penambahan variasi rasa, ”Tubuh manusia perlu cairan. Kebutuhan cairan bagi orang dewasa normal adalah 1 ml per kilokalori energi, yaitu sekitar 2.000 – 2.500 ml/hari. warna maupun kemasan. Banyak bangsa di dunia ini yang memiliki budaya minum serta jenis minuman yang khas. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk meminum lebih dari ’sekedar air’ dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam kehidupan modern, didorong oleh kebutuhan akan pola hidup yang praktis dan cenderung serba cepat, industri minuman modern menjadi semakin berkembang dan menawarkan semakin banyak jenis, rasa serta kemasan. Aneka minuman ringan (termasuk kola, minuman rasa buah, jus, teh, susu) yang tersedia baik dalam bentuk berkarbonasi maupun tidak berkarbonasi berguna dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi minuman sehari-hari.”Minuman, apa pun jenisnya, mempunyai peran penting untuk menggantikan cairan yang hilang melalui keringat, urin dan juga pernapasan. Di negara-negara tropis, seperti Indonesia, keberadaan minuman ringan berkarbonasi telah lama hadir dan beredar dipasar. Selain kandungan air didalamnya yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai pengusir rasa haus, minuman berkarbonasi juga memiliki nilai intrinsik (emosional) karena memberikan rasa dan kesegaran khas yang disukai konsumennya,” kata Rhadeya Setiawan, Scientific and Regulatory Affairs Manager, PT Coca-Cola Indonesia.
Air soda memiliki rumus kimia H2CO3. Untuk membuat air soda, komponen yang paling penting adalah air dan gas karbondioksida. Air soda memang dibuat dengan melarutkan gas karbondioksida (CO2) ke dalam air.
Minuman Berkarbonasi dan Kesehatan Tulang
Mengkonsumsi Sparkling Beverages (Minuman berkarbonasi) tidak akan membuat rapuh tulang ataupun menyebabkan osteoporosis. Penyebab utama dari kerapuhan tulang adalah karena tidak mengkonsumsi kalsium yang cukup dalam makanan anda, (khususnya pada saat usia muda), perubahan pada hormon wanita dan kekurangan aktifitas fisik.
Banyak orang mengira kerapuhan tulang terjadi karena tingginya kandungan unsur fosfor (dari asam fosfat yang terdapat pada minuman kola) atau terlalu banyak kafein dalam sistem tubuh dapat menyebabkan tubuh kita sulit menyerap kalsium. Namun demikian, para ahli telah melalukan banyak penelitian mengenai hal ini, dan mereka menyimpulkan bahwa semua itu tidaklah benar.
Pada tahun 1994, US National Institue of Health (NIH) mengumpulkan para ahli osteoporosis dan kesehatan tulang pada sebuah konferensi mengenai penyerapan kalsium yang optimal. Laporan para ahli menyatakan “belum pernah ditemukan bukti bahwa fosfat dapat mempengaruhi penyerapan kalsium atau pembuangan kalsium secara signifikan.”
Asosiasi Kedokteran Amerika menganalisa pernyataan dari para ahli tersebut dan meyimpulkan bahwa pengaruh fosfat pada penyerapan kalsium “sangat kecil secara fisiologi”.Pada tahun 1997, US National Academy of Medical Science menganalisa data ilmiah tentang fosfor dan tidak menemukan adanya akibat negatif pada penyerapan kalsium. Kesimpulannya, tidak ada dasar yang rasional untuk menghubungkan jumlah kalsium dengan jumlah fosfor yang dikomsumsi semua kelompok umur.
Pada tahun 2000, NIH dalam Consensus Development Conference mengenai osteoporosis menegaskan bahwa mengkonsusmsi fosfor/ kafein bukanlah faktor penyebab osteoporosis bagi orang yang menjalani pola makan seimbang.Pada tahun 2004, Laporan Ahli Bedah Umum Amerika Serikat tentang kesehatan tulang dan oestoporosis (.S. Surgeon General’s Report on Bone Health and Osteoporosis) telah menganalisa sejumlah data ilmiah berkaitan dengan adanya kekhawatiran yang berkembang mengenai kalsium dan fosfor. Dilaporkan juga adanya temuan bahwa tidak ada yang bisa mempengaruhi kesehatan tulang bagi orang yang mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup.
Kenyataannya, minuman ringan hanya mengandung fosfor dalam jumlah yang sangat kecil yang terdapat dalam asam fosfat, yang merupakan bahan pemberi rasa menggigit dalam minuman cola. Rata-rata jumlah fosfor yang dapat dikonsumsi sesuai dengan rekomendasi yang ditetapkan oleh Badan Makanan dan Gizi the National Academy of Sciences’ Institute of Medicine adalah 1,000 miligram. Dalam kemasan 240 milliter Coca-Cola terdapat 41 miligram fosfor sementara dalam kemasan jus jeruk berukuran sama terdapat 27 miligram.
Fosfor adalah mineral yang dapat ditemukan secara alami dan merupakan gizi penting bagi semua mahluk hidup. Fosfor berperan penting dalam metabolisme energi di dalam tubuh dan merupakan komponen bagi tulang dan gigi. Dibandingkan dengan sumber fosfor dari makanan lainnya, minuman ringan memberikan sekitar dua persen dari total fosfor yang disarankan untuk dikonsumsi di Amerika. Sementara makanan berprotein tinggi seperti daging, keju, kacang dan biji-bijian mensuplai sekitar 98% fosfor.
Sumber:http://titosuharto.wordpress.com/2008/02/25/minuman-berkarbonasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar